Kajian Alternatif Strategi Pemenuhan Kebutuhan TBS Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN VII (Persero) Unit Usaha Talo- Pino

Priyo P, christian (2002) Kajian Alternatif Strategi Pemenuhan Kebutuhan TBS Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN VII (Persero) Unit Usaha Talo- Pino. Masters thesis, IPB.

[img]
Preview
PDF
R19-01b-Christian_Priyo_P-Lembar_Pengesahan.pdf - Published Version

Download (475kB)
[img]
Preview
PDF
R19-01-Christian_Priyo_P-Cover.pdf - Published Version

Download (276kB)
[img]
Preview
PDF
R19-02-Christian_Priyo_P-Abstract.pdf - Published Version

Download (308kB)
[img]
Preview
PDF
R19-03-Christian_Priyo_P-_Ringkasan_Eksekutif.pdf - Published Version

Download (377kB)
[img]
Preview
PDF
R19-04-Christian_Priyo_P-Daftar_Isi.pdf - Published Version

Download (466kB)
[img]
Preview
PDF
R19-05-Christian_Priyo_P-Pendahuluan.pdf - Published Version

Download (826kB)
Official URL: http://elibrary.mb.ipb.ac.id

Abstract

Ringkasan Eksekutif CHRISTIAN PRIYO P. 2002 .Kajian Alternatif Strategi Pemenuhan Kebutuhan TBS Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN VII (Persero) Unit Usaha Talo- Pino. Di bawah bimbingan HAMDANI M.SYAH dan HARIANTO. Prodnksi minyak sawit Indonesia pada tahun 2000 mencapai 5.770.900 ton yang dillasilkan dari areal tanaman kelapa sawit seluas 3.171.600 ha baik milik perlcebunan besar swasta atau negara maupun perkebunan rakyat. Produlcsi sebesar itu jauh di atas volume kebutuhan dalam negeri sehingga kelebihan yang ada dapat diekspor ke berbagai negara sebanyak 4.110.000 ton dan menghasilkan devisa senilai US$ 1.087,3 juta atau ltontribusi sebesar 2,27 % dari total nilai elcspor non migas nasional. PTPN VII (Persero) adalah salah satu BUMN sektor perkebunan yang turut memberi kontribusi bagi negara tidak saja melalui produk-produk dari komoditi kelapa sawit, tetapi juga produk dari komoditi tanaman karet, tell dan tebu. Banyak BUMN di berbagai sektor usaha yang memiliki kinerja di bawah standar, walaupun mampu menghasilltan laba tetapi laba tersebut diperoleh dengan pengorbanan biaya yang sangat besar dan berlebihan. Visi pemerintah adalah memastikan semua BUMN mampu menjadi perseroan yang memiliki claya saing internasional, menghasilkan laba, selain sasaran sosial yaitu melayani kepentingan masyaraltat. Salah satu kunci agar perusahaan mampu menghasilkan laba dan mampu meningkatkan kekayaan pemiliknya adalah efisiensi biaya, menekan keborosan dan kebocoran anggaran, serta perhitungan yang cermat sebelum memutuskan suatu investasi modal. keputusan melakukan investasi (Capital budgeting decision) merupakan salah satu keputusan strategis yang penting. Capital budgeting biasanya melibatkai pengeluaran dana dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu pengembalian yang relatif lama. Demikian pula investasi pembangunan Icebun kelapa sawit yang merupakan tanaman keras atau tanaman tahunan, tergolong investasi yang memiliki resiko tinggi karena merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan dana investasi sangat besar dan hasilnya baru dapat dinilcrnati beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu diperlukan perhitungan yang cermat meliputi aspek pengadaan dana, aspek manajemen, aspek produksi, aspek pemasaran, aspek keuangan, serta aspek-aspek lain terkait yang menjadi dasar untuk estimasi terhadap proyeksi arus kas (cash-flow) sehingga dapat mencegah kegagalan dalam melakukan investasi. Unit Usaha Talo-Pino di kabupaten Bengkulu Selatan yang merupakan salah satu unit bisnis pemsahaan perkebnnan negara PTPN VII (Persero) dengan komoditi kelapa sawit menghadapi permasalahan kapasitas menganggur (idle capacity) sebesar 65 % pada pabrik pengolahan berkapasitas 30 to11 TBS/jam yang dimilikinya .Pabrik pengolahan sebesar itu mampu mengolah TBS sebanyak 120.000 ton per tahun, namun saat ini karena keterbatasan pasokan bahan baku TBS hanya dapat mengolah rata-rata 45.000 ton per tahun atau hanya sekitar 35 % dari kapasitas terpasang. � Untuk itu PTPN VII Unit Usaha Talo-Pino merencanakan peningkatan pasokan bahan baku TBS sebesar 75.000 ton per tahun untuk mencukupi kebutuhan kapasitas terpasang pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimilikinya. Analisis dilakukan terhadap beberapa alternatif strategi yang mungkin dilakukan seperti membangun kebun baru sendiri, kemitraan dengan petani sekitar, dan pembelian TBS dari pihak ketiga (outsourcing). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang mungkin dengan tinjauan dari aspek teknis, finansial, dan sosial dengan fokus pada aspek finansial. Pembandingan dua atau lebih alternatif dari aspek finansial dilaltukan dengan analisis present value biaya atau modal kerja termurah yang diperlukan untuk menghasilkan benefit yang sama. Penilaian kelayakan investasi diukur atas dasar kriteria Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif pembelian TBS dari luar (outsourcing) secara teknis tidak dapat dilakukan karena volume TBS yang tersedia di sekitar pabrik (radius 30 km) sangat kecil yaitu 950 ton per tahun atau hanya 1,3 % dari lebutuhan. Sementara itu potensi TBS yang cukup besar berada jauh dari lokasi pabrilc yalmi di daerah Lubuk Linggau (berjarak 280 km) sehingga dinilai tidak ekonomis, sedangkan yang berasal dari pen~sahaan perkebunan terdekat yakni PT Agri Andalas menolak menjual TBS nya karena pabrik pengolahan yang dimiliki masih kekurangan pasokan TBS sebesar 50.000 tom/tahun. Dua alternatif lainnya yang secara teknis memungkinkan yaitu perluasan areal melalui pola membangun kebun sendiri atau pola kemitraan dengan petani dikaji dengan membandingkan besarnya biaya investasi dan modal Icerja yang diperlultan untuk menghasilkan volume TBS yang sama (prinsip the lower cost). Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya atau cash ouiflow yang diperlultan untuk menghasilkan 414 ton TBS (yaitu volume TBS yang dihasilkan dari 1 ha tanaman kelapa sawit selama umur eltonomisnya) melalui pola membangun kebun sendiri adalah Rp 19.428.173, sedangkan biaya yang dimeluarkan untuk menghasilkan volume TBS yang sama melalui pola kemitraan dengan petani adalah sebesar Rp 6.881.473. Dengan demikian alternatif pola kemitraan dengan petani memerlukan biaya (dana investasi dan modal kerja) yang lebih rendah dibandingkan alternatif membangun kebun sendiri. Selanjutnya hasil analisis kelayakan investasi pembangunan kebun ltelapa sawit menunjuldtan bahwa pada tingkat produktivitas 18.000 kg/ha/tahun dan tingltat harga Rp 4631kg menghasilkan NPV sebesar Rp 1.296.321 dan IRR 14 %. Nilai NPV yang positif dan nilai IRR yang lebih besar dibandingltan cost of capitalnya (13%) menunjuldtan bahwa proyek ini dari aspek finansial layalc untuk dilaksanaltan. Sedangkan hasil analisis sensitivitas atau uji kepekaan menunjuldtan bahwa pada skenario 1 dimana diasumsikan harga TBS tlaun 10 % (menjadi Rp 417lIcg) dan produktivitas tetap menghasilkan NPV (Rp 2548.098) dan IRR 11 % ; skenario 2 dimana harga tetap dan produksi turun 10 % ( 16,2 tonlhalth) menghasilkan NPV (Rp 1.553.939) dan IRR 12 % ;sedangkan skenario 3 dimana harga dan produksi masing-masing turun 10 % menghasilkaii NPV (Rp 4.990.497) dan IRR 10 %. Hasil uji kepekaan tersebut menunjuklcan bahwa investasi lebih peka atau lebih sensitif pada perubahan harga jual TBS dibanding pada perubahan atau gejolak produksi. Dalam bentuk tabel hasil analisis sensitivitas tersebut disajikan sebagai berikut. � Tabel : Hasil Analisis Finansial Investasi Pembangunan Kebun Kelapa Sawit Per Ha Uraian Tingkat Harga TBS Produktivitas NPV IRR (Rp/Kg) (Kg/ha/th) (df13%) (%) Normal 463 18000 1296321 14 Slcenario 1 417 18.000 (2.548.098 ) 11 Slcenario 2 463 16.200 ( 1.553.939) 12 Sltenario 3 417 16.200 (4.990.497 ) 10 Keterangan : Skenario 1 = harga TBS turun 10 % ,produktivitas tetap Skenario 2 = harga TBS tetap ,produktivitas turun 10 % Skenario 3 = harga TBS dan produktivitas turun 10 % Kajian aspek sosial menunjukkan bahwa investasi dengan pola membangun kebun sendiri memiliki risiko cukup tinggi dimana dikhawatirkan muncul gangguan-gangguan produksi dalam bentuk pencurian, penjarahan, pendudulcan lahan ,pengrusakan tanaman, dan sebagainya. Uji kepekaan menunjuklcan bahwa dengan penurunan produksi sebesar 10 % telah mengakibatkan nilai NPV menjadi negatif Rp 1.553.939 dan nilai IRR turun meniadi 12 %. Hal ini berarti bahwa apabila acematif membangun kebun sendiri dipilih dan temyata terjadi gangguan- gangguan dalam berbagai wujud yang mengakibatkan penurunan produksi sebesar 10 % maka investasi tersebit menjadi tidak layak atau & tergolong berisiko tinggi (high risk). Mengingat situasi dan kondisi saat ini khususnya masalah keamanan yang belum kondusif, dan oleh karenanya kemungkinan munculnya gangguan- gangguan keamanan adalah sangat tinggi, maka memilih alternatif perluasan areal dengan pola kemitraan adalah tepat dalam rangka meminimalisir risiko yang ada. Dengan demikian baik ditinjau dari aspek finansial maupun aspek sosial, alternatif pola kemitraan adalah lebih baik dibanding alternatif membangun kebun sendiri. Selanjutnya perusahaan dapat lebih memfokuskan pengelolaan bisnisnya pada proses pengolahan TBS menjadi minyak sawit atau produk derivai~f lainnya. Disamping itu pilihan alternatif kemitraan dengan petani juga mengakomodir terpenuhinya salah satu visi pemerintah pada aspek sosial keberadaan BUMN yaitu melayani kepentingan masyarakat dan juga sejalan dengan visi dan misi perusahaan yakni tumbuh dan berkembang melalui upaya sendiri maupun dengan cara bermitra dengan petani.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Kata Kunci : Kelapa sawit, PT Perkebunan Nusantara VII (Persero), Manajemen Finansial, Analisis Biaya, Investasi, Net Present Value (NPV), internal Rate of Return (IRR), Studi Kasus.
Subjects: Manajemen Produksi dan Operasi
Divisions: Sekolah Bisnis > Perpustakaan
Depositing User: Staff-2 Perpustakaan
Date Deposited: 24 Mar 2014 08:12
Last Modified: 24 Mar 2014 08:12
URI: http://repository.sb.ipb.ac.id/id/eprint/1316

Actions (login required)

View Item View Item