Raharjo, Pamuji Gesang (2014) Determinan marjin bunga bersih bank umum di indonesia. Doctoral thesis, Institut Pertanian Bogor.
![]()
|
Text
6DM-01-Pamuji-Cover.pdf - Published Version Download (326kB) |
|
![]()
|
Text
6DM-02-Pamuji-Summary.pdf - Published Version Download (314kB) |
|
![]()
|
Text
6DM-03-Pamuji-Ringkasan.pdf - Published Version Download (318kB) |
|
![]()
|
Text
6DM-04-Pamuji-Daftarisi.pdf - Published Version Download (332kB) |
|
![]()
|
Text
6DM-05-Pamuji-Pendahuluan.pdf - Published Version Download (731kB) |
|
![]() |
Text
Disertasi.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
Abstract
Industri perbankan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang memiliki peran sentral bagi perekonomian suatu negara, khususnya bagi Indonesia yang perekonomiannya masih sangat bergantung kepada perbankan sebagai sumber utama dalam menggerakan roda perekonomian. Fungsi intermediasi keuangan yang dilaksanakan perbankan secara efisien akan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Salah satu indikator yang dapat digunakan dalam mengukur efisiensi bank adalah marjin bunga bersih (net interest margin). Dengan marjin bunga bersih yang semakin rendah, biaya sosial (expected social cost) yang ditanggung oleh masyarakat terhadap kegiatan intermediasi yang dilakukan perbankan juga akan semakin rendah. Biaya intermediasi yang efisien diindikasikan dengan suku bunga bank yang rendah yang dapat merefleksikan efektivitas kebijakan moneter, stabilitas keuangan, dan sistem perbankan yang kompetitif. Sebaliknya, biaya intermediasi yang tinggi akan mengurangi insentif bagi pelaku-pelaku ekonomi. Marjin bunga bersih (NIM) juga merupakan salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas bank. Semakin tinggi NIM merefleksikan tingkat keuntungan bank yang semakin tinggi. Pada sisi lain, NIM yang tinggi sering dikaitkan dengan terdapatnya inefisiensi dalam sistem perbankan, terutama di negara-negara berkembang karena biaya yang timbul sebagai akibat inefisiensi tersebut dialihkan kepada nasabah dengan membebankan suku bunga kredit yang lebih tinggi. NIM yang tinggi juga mengindikasikan adanya praktik pemberian kredit dengan risiko kredit yang tinggi sehingga dapat menimbulkan kerugian dan disintermediasi perbankan. Hingga saat ini perbankan Indonesia memiliki NIM yang tinggi apabila dibandingkan dengan perbankan di negara-negara lain, terutama perbankan di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Bank Indonesia selaku otoritas perbankan di Indonesia senantiasa berupaya mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit dan NIM ke tingkat yang wajar. Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia adalah dengan menerbitkan paket kebijakan pada awal tahun 2011 guna meningkatkan efisiensi serta menurunkan tingkat suku bunga kredit ke batas yang wajar, diantaranya mewajibkan perbankan untuk mempublikasi suku bunga dasar kredit (prime lending rate) kepada nasabahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan yang mempengaruhi NIM perbankan di Indonesia dengan menggunakan variabel internal (bank specific’s factors) maupun variabel eksternal. Penelitian ini juga mengkaji keragaman NIM secara industri maupun berdasarkan kelompok bank umum. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa NIM perbankan di Indonesia secara signifikan dipengaruhi positif oleh variabel internal dan variabel eksternal pada tingkat signifikansi yang berbeda-beda. Variabel internal yang mempengaruhi NIM mencakup pertumbuhan aset (LNSIZE), kecukupan permodalan bank (CAR), profitabilitas (ROA), efisiensi (BOPO), dan likuiditas (LDR). Variabel peubah eksternal yang mempengaruhi marjin bunga bersih perbankan di Indonesia adalah suku bunga acuan (LPS), sedangkan pangsa pasar kredit (MPR) mempengaruhi NIM perbankan Indonesia secara tidak signifikan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa determinan NIM untuk masing-masing kelompok bank umum di Indonesia berbeda satu dengan lainnya. Pada kelompok Bank Persero, NIM dipengaruhi oleh pertumbuhan asset (LNSIZE), permodalan (CAR), profitabilitas (ROA), efisiensi (BOPO), likuiditas (LDR), dan suku bunga acuan (LPS). Pada kelompok Bank Umum Swasta Nasional, NIM dipengaruhi secara signifikan oleh pertumbuhan asset, permodalan, likuiditas (GWM), dan pangsa pasar kredit (MPR). Pada kelompok Bank Pembangunan Daerah, variabel yang mempengaruhi NIM adalah pertumbuhan aset, risiko (NPL), profitabilitas, efisiensi, likuiditas, dan suku bunga LPS. Pada kelompok Bank Asing, NIM dipengaruhi oleh risiko (NPL), efisiensi (BOPO), likuiditas (GWM), dan suku bunga LPS.. Perbedaan variabel yang mempengaruhi masing-masing kelompok bank tersebut karena adanya perbedaan karakteristik pasar, bisnis inti (core business), kompleksitas usaha dan sumber pendanaan. Masing-masing kelompok bank tersebut juga diindikasikan senantiasa ingin mempertahankan NIM yang stabil pada level tertentu dalam periode waktu tertentu. Sebagai dampak terjadinya krisis pada tahun 2007, Basel Committee telah menerbitkan Basel III Accord yang telah juga diadopsi oleh Bank Indonesia yang antara lain mencakup ketentuan permodalan dan likuiditas perbankan. Untuk itu perlu dikaji lebih lanjut seberapa besar regulasi dan ketentuan tersebut mempengaruhi marjin bunga bersih perbankan di Indonesia.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | marjin bunga bersih, bank umum komersial, data panel, dan uji hausman net interest margin, commercial bank, panel data, hausman test |
Subjects: | Manajemen Keuangan |
Depositing User: | SB-IPB Library |
Date Deposited: | 09 Oct 2014 03:26 |
Last Modified: | 19 Nov 2019 08:24 |
URI: | http://repository.sb.ipb.ac.id/id/eprint/2010 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |