Heratri, Komala (2015) Analisis volatilitas, kebijakan loan to value dan variabel makroekonomi terhadap volatilitas saham sub sektor properti dan real estate di bei. Masters thesis, Institut Pertanian Bogor.
|
Text
R50-01-Heratri-Cover.pdf - Published Version Download (751kB) | Preview |
|
|
Text
R50-02-Heratri-Ringkasan.pdf - Published Version Download (512kB) | Preview |
|
|
Text
R50-03-Heratri-Summary.pdf - Published Version Download (512kB) | Preview |
|
|
Text
R50-04-Heratri-Daftarisi.pdf - Published Version Download (523kB) | Preview |
|
|
Text
R50-05-Heratri-Pendahuluan.pdf - Published Version Download (971kB) | Preview |
|
![]() |
Text
Tesis.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
Abstract
Krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008 memberikan dampak terhadap negara berkuasa Amerika Serikat, dimulai dari jatuhnya industri properti termasuk pada wilayah Asia (Bisnis Indonesia 2010). Negara Indonesia ikut terkena dampak dari krisis keuangan global tahun 2008 yang mengakibatkan beberapa perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia mengalami kebangkrutan. Krisis tersebut terjadi karena adanya pemberian kredit kepada debitur yang tidak kredibel sehingga berimplikasi terjadinya gelembung di sektor properti. Gelembung properti merupakan keadaan dimana terjadi kenaikan harga properti secara tidak wajar. Bank Indonesia mengantisipasi resiko adanya krisis serupa yang terjadi di Amerika Serikat, dengan membuat batasan untuk mengendalikan kredit dengan menerbitkan kebijakan loan to value. Ketentuan loan to value juga bertujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih besar bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah untuk memperoleh rumah yang dapat dihuni serta meningkatkan aspek perlindungan konsumen di sektor properti. Informasi mengenai kebijakan loan to value juga memberikan pengaruh pada pengambilan keputusan investor yang berinvestasi pada sektor properti. Kebijakan loan to value tersebut mengatur besarnya jumlah kredit yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan pada saat awal pemberian kredit, yaitu ditetapkan maksimal 70%. Penetapan kebijakan loan to value juga berpengaruh terhadap sektor properti khususnya perusahaan pengembang atau developer. Adanya kebijakan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam volume penjualan unit rumah yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan (Bei dan Shofwan 2015). Kinerja tersebut dipengaruhi oleh penurunan permintaan properti yang akan berdampak pada perubahan harga saham sektor properti. Pergerakan harga saham sub sektor properti dan real estate mengalami peningkatan sebelum adanya kebijakan loan to value (tren naik) kemudian terus mengalami tren yang menurun mulai tahun 2012. Pergerakan harga saham perumahan di Indonesia mengalami penurunan. Saham-saham di bidang properti secara mayoritas turun tajam, nilai tukar melemah mencapai hingga Rp12,000 per dollar, ditambah kenaikan suku bunga sehingga meningkatkan resiko kegagalan pembayaran kredit. Bank Indonesia meningkatkan persyaratan besaran uang muka bagi kredit perumahan dari bulan Juli 2012 telah mencatat perlambatan dalam laju peningkatan kredit yang berkaitan dengan properti. Kinerja sub sektor properti dan real estate terkait mengalami penurunan dengan melemahnya penjualan properti komersial sebagai dampak dari penerapan kebijakan loan to value. Ada beberapa variabel makroekonomi yang mempengaruhi tingginya return saham yang terjadi pada harga saham properti tersebut. Beberapa variabel tersebut sulit disimpulkan variabel apa yang berpengaruh paling dominan pada return saham. Beberapa penelitian telah dilakukan menggunakan berbagai variabel makroekonomi seperti peningkatan suku bunga dan inflasi (Mardiyati dan Rosalina 2013), jumlah uang beredar (Dritsaki dan Dritsaki 2003), nilai tukar rupiah (Zan et al. 2003), dan harga minyak dunia (Witjaksono 2010). Return saham dipengaruhi oleh variabel makroekonomi yang berada diluar perusahaan dan mempengaruhi naik turunnya kinerja perusahaan baik secara langsung atau tidak (Rakasetya et al. 2013). Sektor properti dan real estate juga dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi selain dilihat dari volatilitas return saham yang tinggi. Variabel makro mengalami fluktuasi di setiap periodenya sehingga berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Jika kondisi variabel makroekonomi mengalami perubahan baik penurunan atau peningkatan maka akan merefleksikan return saham yang berubah ke arah positif atau negatif. Penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis volatilitas return sub sektor properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai dengan 2014; (2) Menganalisis pengaruh variabel makroekonomi dan kebijakan loan to value terhadap return sub sektor properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai dengan 2014. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dan kuantitatif dengan pemodelan GARCH dan VECM. Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap return sub sektor properti dan real estate periode 2010-2014. Periode dummy yang digunakan adalah kurun waktu sebelum diterapkannya kebijakan loan to value (2010-2012) dan sesudah diterapkannya kebijakan loan to value (LTV) untuk Jilid I (2012-2013) dan Jilid II (2013-2014). Sebanyak 54 emiten properti yang termasuk dalam sub sektor properti dan real estate dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Emiten yang digunakan dikelompokkan menjadi 8 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar besar, 8 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar menengah, dan 8 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar kecil. Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut: (1) Emiten JRPT dan PUDP dikatakan tidak menunjukkan adanya volatilitas yang signifikan atau tidak ada parameter model yang signifikan sehingga tidak diperoleh model volatilitasnya. Pola pergerakan volatilitas return kelompok kapitalisasi pasar kecil cenderung berfluktuasi dan sangat volatile dari waktu ke waktu, sehingga menunjukkan adanya variasi return saham yang relatif tinggi. Hasil evaluasi empat model GARCH, diperoleh model terbaik untuk menangani masalah perilaku harga dengan volatilitas yang tinggi berbeda pada setiap emiten. Secara keseluruhan saham-saham dalam tiap kelompok kapitalisasi pasar memiliki volatilitas return yang tinggi kecuali CTRS, BIPP dan COWL yang memiliki volatilitas return yang terkendali; (2) Dalam jangka pendek, return kelompok kapitalisasi pasar besar dipengaruhi oleh return saham itu sendiri dan kebijakan loan to value. Return kelompok kapitalisasi pasar menengah dipengaruhi oleh return saham itu sendiri. Return kelompok kapitalisasi pasar kecil dipengaruhi oleh return saham itu sendiri, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar. Dalam jangka panjang, return kelompok kapitalisasi pasar besar dipengaruhi inflasi, jumlah uang beredar, harga minyak dunia dan kebijakan loan to value. Return kelompok kapitalisasi pasar menengah dipengaruhi inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah terhadap dollar, jumlah uang beredar, harga minyak dunia dan kebijakan loan to value. Kebijakan loan to value memberikan kontribusi berbeda pada setiap kelompok kapitalisasi pasar.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | generalized autoregression conditional heteroscedasticity (GARCH), kebijakan loan to value, makroekonomi, vector error correction model (VECM), volatilitas. generalized autoregression conditional heteroscedasticity (GARCH), loan to value policy, macroeconomics, vector error correction model (VECM), volatility. |
Subjects: | Manajemen Keuangan |
Depositing User: | SB-IPB Library |
Date Deposited: | 31 May 2016 05:15 |
Last Modified: | 30 Oct 2019 07:25 |
URI: | http://repository.sb.ipb.ac.id/id/eprint/2376 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |