Analisis persepsi objek terperiksa terhadap kinerja pengawasan bidang tata praja pada kantor bawaskodya jakarta selatan

Natalia, Dondi (2006) Analisis persepsi objek terperiksa terhadap kinerja pengawasan bidang tata praja pada kantor bawaskodya jakarta selatan. Masters thesis, Institut Pertanian Bogor.

[img]
Preview
Text
5EK-01-Natalia-Cover.pdf - Published Version

Download (406kB) | Preview
[img]
Preview
Text
5EK-02-Natalia-Abstract.pdf - Published Version

Download (358kB) | Preview
[img]
Preview
Text
5EK-03-Natalia-Ringkasaneksekutif.pdf - Published Version

Download (387kB) | Preview
[img]
Preview
Text
5EK-05-Natalia-Pendahuluan.pdf - Published Version

Download (393kB) | Preview
[img]
Preview
Text
5EK-04-Natalia-Daftarisi.pdf - Published Version

Download (554kB) | Preview

Abstract

Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan keberhasilan pembangunan di segala bidang, baik fisik material maupun mental spiritual, yang ada di Walikotamadya Jakarta Selatan tergantung kepada partisipasi seluruh lapisan masyarakat, terutama kepada sikap mental, semangat pengabdian, disiplin serta rasa tanggung jawab para Aparatur Pemerintah Walikotamadya Jakarta Selatan. Hal itu berlaku mulai dari penentuan kebijaksanaan, pelaksanaan kebijaksanaan sampai dengan pengawasan dan evaluasi kebijaksanaan yang dibuat untuk itu perlu didukung oleh pengawasan yang baik melalui perencanaan yang didasari pada pelaksanaan tugas umum pemerintahan dilakukan secara tertib berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta berdasarkan sendi-sendi kewajaran penyelenggaraan pemerintahan agar tercapai daya guna dan hasil guna yang baik dan efektif. Berdasarkan data awal yang diperoleh dari LAKIP tahun 2004 dari target 87 unit yang direncakan akan diperiksa hanya 74 yang telah selesai diperiksa. Selain itu masih terdapat juga pengaduan dan keluhan yang disampaikan di media massa dan juga dari masyarakat langsung terhadap pelanggaran yang dilakukan oknum pegawai negeri sipil di kalangan Kantor Walikotamadya Jakarta Selatan. Contoh pengaduan yang telah dilaporkan kepada Walikota oleh warga masyarakat yang menyatakan telah membeli tanah milik Pemerintah DKI Jakarta, yang kemudian berlanjut pada penggusuran yang dilakukan oleh Pemerintah, dan pengaduan dalam pelaksanaan penjatuhan sanksi terhadap oknum pejabat yang belum memuaskan masyarakat. Permasalahan yang akan diteliti adalah sejauh mana kinerja Pemeriksaan Reguler dan Kasus telah melaksanakan ketentuan peraturan yang ada, Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja pengawasan Badan Pengawasan Walikotamadya Jakarta Selatan dan Langkah–langkah apa saja yang dapat dibuat dalam rangka meningkatkan kinerja pengawasan ? Tujuan penelian ini adalah :(1) Menganalisa kinerja Pemeriksaan Reguler dan Kasus yang dilakukan Badan Pengawasan Walikotamadya Jakarta Selatan (2) Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengawasan Badan Pengawasan Walikotamadya Jakarta Selatan (3) merumuskan kebijakan–kebijakan yang dapat diambil dalam rangka meningkatkan kinerja Pemeriksaan Reguler Badan Pengawasan Daerah Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei, melalui pendekatan langsung ke lokasi penelitian agar fokus penelitian dapat dideskripsikan secara menyeluruh dan aktual. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner, observasi dan wawancara, baik kepada pada pihak-pihak terkait unit- unit terperiksa (objek periksa) di Lingkungan Walikotamadya Jakarta Selatan yang terdiri dari pegawai pemegang jabatan struktural di Kotamadya Jakarta Selatan yang berjumlah 82 orang. Para pegawai tersebut yaitu pejabat struktural yang terdapat pada unit : (1) Kelurahan (sebanyak 65 kelurahan). (2) Kecamatan (sebanyak 10 kecamatan). (3) Bagian Administrasi Wilayah. (4) Badan Pemberdayaan Masyarakat. (5) Badan Kesatuan Bangsa. (6) Sudin Linmas dan Trantib. (7) Sudin Kependudukan dan Catatan Sipil. (8) Sudin Kebakaran dan (9) Sudin Pemetaan dan Pengukuran Tanah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen tertulis. Dalam penelitian ini, untuk menentukan penilaian dari suatu variabel oleh responden, maka digunakan skala Likert dengan lima rentang skala Likert berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju – tidak setuju, senang – tidak senang, dan lain lain. Dalam skala ini responden diminta mengisi pendapatnya tentang suatu kondisi dalam skala ordinal berbentuk verbal yang terbagi dalam lima rentang kualitas yang tergradasi dari yang paling rendah sampai paling tinggi. Penjelasan variabel dan skala pengukuran tiap variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagian berikut : Sumber Daya Apatur, Pedoman Pengawasan dan Evaluasi, Transparansi, Tindak Lanjut,dan Kondisi Kinerja Pengawasan. Untuk melakukan analisis lebih dalam pada kajian ini maka diperlukan uji validitas dan reliabilitas terhadap variabel-variabel faktor-faktor yang berpengaruhi terhadap kinerja. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji alat ukur atau kuesioner yang digunakan valid atau tidak valid dengan menggunakan korelasi product moment. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan one shot method dimana kuesioner diberikan satu kali kepada responden kemudian data dianalisa. Apabila pertanyaan dinyatakan valid maka dipakai untuk pembahasan selanjutnya dan jika pertanyaan tidak valid pertanyaan tersebut diabaikan atau dibuang. Berdasarkan hasil pengolahan data kinerja aspek pencapaian target sebagian besar dinilai oleh responden biasa saja sebesar 56,1 %, sedangkan sisanya 28,0 % responden menilai tinggi dan 15,9 % masih rendah. Berdasarkan modus jawaban responden, kinerja aspek ini memiliki nilai 3 (biasa). Sedangkan penilaian kinerja aspek kualitas kerja dinilai biasa oleh 47, 6 % responden dan dinilai tinggi oleh 42,7 %. Sebanyak 6,5 % menilai rendah dan 1,2 % menilai sangat rendah. Berdasarkan modusnya, nilai hasil kinerja adalah 3 (biasa). Kinerja aspek orientasi berprestasi dinilai biasa oleh 68,3 % responden, 9,8 % menilai rendah dan 1,2 % menilai sangat rendah, namun demikian sebanyak 20,7 % menyatakan tinggi. Berdasarkan nilai modusnya, kinerja aspek tersebut adalah 3 (biasa). Kinerja aspek kualitas pemeriksaan dinilai biasa oleh 56,1 % responden serta sebanyak 31,7 % menyatakan tinggi. Nilai modus untuk aspek kinerja tersebut adalah 3 (biasa). Kinerja aspek tanggung jawab pegawai pengawas dinilai tinggi oleh responden sebesar 42,7 %, 1,2 % menilai sangat tinggi sedangkan sisanya sebanyak 40,2 persen menyatakan biasa dan 15,9 % menilai rendah. Berdasarkan nilai modusnya, aspek tersebut memliki nilai 4 (tinggi), sehingga secara umum, kinerja dari aspek tanggung jawab para pegawai pengawas sudah dinilai cukup tinggi. Kinerja aspek disiplin pegawai pengawas juga dinilai tinggi oleh 47,6 % responden, kemudian 1,2 % menyatakan sangat tinggi. Sebanyak 41,5 % responden menilai biasa. Berdasarkan nilai modusnya, aspek disiplin memiliki nilai 4 (tinggi). Dalam hal aspek keterampilan kerja, 50,0 % responden menilai tinggi, sedangkan 43,9 % menilai sedang. Namun demikian, masih ada yang menilai rendah sebanyak 4,9 %. Kinerja aspek integritas dinilai biasa oleh 63,4 % responden, sedangkan 14,6 % menilai rendah. kinerja aspek ketegasan yang dinilai biasa oleh sebanyak 46,3 % responden, sedangkan 14,6 % menilai rendah. Kinerja aspek ketaatan pada aturan yang dinilai oleh 54,9 % responden biasa, 8,5 % dinilai rendah, sedangkan 35,4% menilai tinggi. Berdasarkan nilai modusnya, aspek ini memiliki nilai 3 (biasa). Kinerja aspek hubungan dengan sejawat dalam unit kerja yang dinilai biasa oleh 61,0 % responden, kemudian sebanyak 24,2 % menilai tinggi dan 2,4 % menilai sangat tinggi. Berdasarkan nilai modusnya, kinerja ini memiliki nilai 3 (biasa). Kinerja aspek hubungan dengan sejawat di luar unit kerja dinilai oleh 52,4 % biasa oleh responden, kemudian 25,6 % menilai rendah. Kinerja aspek hubungan dengan atasan yang dinilai biasa oleh 52,4 % responden, sedangkan 13,4 % menilai rendah. Berdasarkan nilai modus, aspek kinerja ini memiliki nilai 3 (biasa). Kinerja aspek kemampuan dalam beradaptasi dengan pekerjaan yang dinilai biasa oleh 56,1 % responden dan 9,8 % menilai rendah, sebanyak 32,9% menilai tinggi. kinerja aspek kemampuan analitik, yang dinilai biasa oleh 68,3 % responden dan 8,5 % dinilai rendah. Kinerja aspek kemampuan berkomunikasi dinilai tinggi oleh 46,3 % oleh responden, 43,9 % dinilai biasa, 8,5 % menilai rendah namun terdapat juga responden yang menilai sangat tinggi (1,2%). Kinerja aspek transparan yang dinilai biasa oleh 76,8% responden, 6,1% rendah dan 15,9 % menilai tinggi. Berdasarkan nilai modusnya, kinerja aspek transparan dinilai biasa (3). Kinerja aspek kejujuran yang dinilai biasa oleh 48,8% resonden dan sebanyak 36,5 % menilai tinggi. Namun demikian, masih ada yang menilai rendah (13,4%). kinerja Pemeriksaan Reguler dan Kasus para aparatur badan pengawasan Walikotamadya Jakarta Selatan yang dilakukan terhadap 20 aspek kinerja diperoleh hasil bahwa tanggung jawab, disiplin, kemampuan berkomunikasi dan keterampilan kerja dinilai memiliki kinerja tinggi (4). Selain hasil analisis terhadap kinerja pada Badan Pengawasan Kotamadya Jakarta Selatan terdapat pula hasil dari analisis terhadap keempat variabel yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja pengawasan di atas yaitu sumber daya aparatur. Pedoman pengawasan dan evaluasi, transparansi, dan tindak lanjut hasil analisis dengan korelasi rank Spearman untuk keempat peubah yaitu sumber daya aparatur, pedoman pengawasan dan evaluasi, transparansi dan tindak lanjut menunjukkan bahwa semua peubah memiliki korelasi atau hubungan yang dengan Kinerja. Namun erat tidaknya korelasi tersebut tergantung besarnya koefisien korelasi () yang diperoleh. Koefisien korelasi antara Sumber Daya Aparatur (X1) terhadap Kinerja (Y) = 0,689. Nilai koefisien korelasi ini lebih besar dari pada nilai korelasi tabel (0,689 > 0,183). Artinya keadaan ini menunjukkan adanya korelasi positif yang kuat antara Sumber Daya Aparatur dengan Kinerja yang dimilikinya. Dari hasil kajian ini, apabila diterapkan sebagai implementasi dari hasil penelitian yang berupa kebijakan atau upaya-upaya perbaikan serta penyempurnaan maka akan berimplikasi atau berdampak terhadap kebijakan yang akan diambil oleh Bawaskodya Jakarta Selatan secara manajerial. Dari hasil kajian ini dinyatakan bahwa Kinerja Aparat Bawaskodya Jakarta Selatan secara keseluruhan selama ini menurut responden adalah biasa-biasa saja (netral). Untuk menigkatkan kinerja tersebut maka harus diambil langkah melalui pembinaan atau upaya perbaikan lainnya, tentunya akan berimplikasi juga terhadap upaya pembinaan, pelatihan dan studi banding terutama bagi Aparat Badan Pengawasan Kotamadya Jakarta Selatan yang masih memiliki kinerja yang belum optimal (kurang baik). Hal ini juga akan berimplikasi juga terhadap biaya pembinaan atau pelatihan. Bahkan bila diperlukan penjatuhan peringatan atau sanksi terhadap aparat yang mempunyai kinerja buruk tersebut apabila tidak terdapat perubahan setelah dilakukan pembinaan. Dari keduabelas atribut hanya satu atribut yang memiliki skor (kinerja) yang tinggi, yaitu Tanggung jawab terhadap perkerjaan (menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas dan tepat waktu), sedangkan sebelas atribut lainnya dikategorikan masih memiliki kinerja biasa (netral). Oleh sebab itulah masih perlu ditingkatkan upaya pemberdayaan terhadap aparat Badan Pengawasan Kotamadya Jakarta Selatan guna meningkattkan kinerja organisasi Bawaskodya.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Kinerja Pengawasan, Persepsi terhadap Kinerja Pengawasan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kotamadya Jakarta Selatan, Metode Korelasi Rank Spearman, Sumber Daya Aparatur, Pedoman Pengawasan dan Evaluasi, Transparansi, Tindak Lanjut.
Subjects: Manajemen Sumber Daya Manusia
Depositing User: SB-IPB Library
Date Deposited: 15 Aug 2016 09:07
Last Modified: 15 Aug 2016 09:07
URI: http://repository.sb.ipb.ac.id/id/eprint/2570

Actions (login required)

View Item View Item