Penentuan harga pokok produksi dengan pendekatan activity-based costing (sistem abc) pada pt. industri sandang ii patal lawang, malang

Mahdi, Imam (1995) Penentuan harga pokok produksi dengan pendekatan activity-based costing (sistem abc) pada pt. industri sandang ii patal lawang, malang. Masters thesis, Institut Pertanian Bogor.

[img]
Preview
Text
R06-01-Mahdi-Cover.pdf - Published Version

Download (2MB) | Preview
[img]
Preview
Text
R06-02-Mahdi-Ringkasan.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text
R06-03-Mahdi-Daftarisi.pdf - Published Version

Download (2MB) | Preview
[img]
Preview
Text
R06-04-Mahdi-Pendahuluan.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text
Tesis.pdf
Restricted to Registered users only

Download (36MB)
Official URL: http://lib.sb.ipb.ac.id/

Abstract

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) telah dikenal sebagai salah satu primadona ekspor komoditi non minyak dan gas Indonesia. Namun sejak awal tahun 1994 pertumbuhan ekspor TPT terutama untuk pasar kuota mengalami penurunan. Munculnya pabrik-pabrik baru di kawasan Timur Jauh yang menghasilkan serat sintetis dan hadirnya negara-negara pesaing yang menghasilkan pakaian jadi dengan tingkat upah tenaga kerja rendah, seperti : China, India, Bangladesh, Pakistan dan Vietnam menambah persaingan pasar internasional TPT semakin ketat. Dalam pasar dalam negeri sendiri, perusahaan yang terjun di bidang usaha TPT antara tahun 1989 sampai dengan 1993 terus bertambah dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 15,87%. Sebanyak 2.220 buah perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia ikut terjun di bidang usaha Tekstil dan Produk Tekstil. PT. Industri Sandang II Patal Lawang yang memiliki kapasitas 34.784 mata pintal atau sekitar 0,56 % dari 6.178.266 mata pintal kapasitas terpasang nasional, termasuk salah satu perusahaan yang berada di dalamnya Dalam kondisi pasar TPT yang tingkat persainganya sangat ketat, lazimnya harga produk ditentukan oleh mekanisme pasar dan apabila perusahaan ingin bertahan dan mampu sukses bersaing, maka perusahaan dapat memilih strategi bersaing berupa unggul dalam biaya. Strategi ini dapat dilaksanakan apabila perusahaan melakukan penentuan harga pokok produksi secara proporsional sesuai dengan rangkaian aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk. Oleh karena itu permasalahannya adalah: bagaimana menentukan harga pokok produksi yang proporsional sesuai dengan rangkaian aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap jenis produk. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka Geladikarya ini difokuskan untuk mengkaji biaya produksi benang tenun dengan pendekatan sistem ABC. Dalam penelitian ini digunakan metode kasus yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang luas dan lengkap mengenai subyek yang diamati, serta dapat diketahui keadaan yang sebenarnya. Data yang dikumpulkan terdiri dari data Primer dan data Sekunder. Hasil kajian yang diperoleh menunjukkan bahwa perhitungan penentuan harga pokok produksi dengan sistem ABC adalah: Beten C 1/1 = Rp. 353.386,69 per bal, Beten C 30/1 = Rp.833.127,58 per bal, Beten C 40/1 = Rp. 865.967,54 per bal, dan Beten R 30/1 = Rp.935.970,09 per bal. Sedangkan harga pokok produksi benang tenun yang dihitung oleh PT. Industri Sandang II Patal Lawang dengan menggunakan metode berbasis volume adalah : Beten C 1/1 = Rp. 113.154,63 per bal, Beten C 30/1 = Rp. 839.850,OO per bal, Beten C 40/1 = Rp.908.190,OO per bal, dan Beten R 30/1 = Rp. 952.340,33 per bal . Perbedaan harga pokok produksi yang disebabkan oleh pendekatan perhitungan yang berbeda seperti di atas, menimbulkan perbedaan kemampuan masing-masing benang tenun untuk dilaksanakan apabila perusahaan melakukan penentuan harga pokok produksi secara proporsional sesuai dengan rangkaian aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk. Oleh karena itu permasalahannya adalah: bagaimana menentukan harga pokok produksi yang proporsional sesuai dengan rangkaian aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap jenis produk. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka Geladikarya ini difokuskan untuk mengkaji biaya produksi benang tenun dengan pendekatan sistem ABC. Dalam penelitian ini digunakan metode kasus yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang luas dan lengkap mengenai subyek yang diamati, serta dapat diketahui keadaan yang sebenarnya. Data yang dikumpulkan terdiri dari data Primer dan data Sekunder. Hasil kajian yang diperoleh menunjukkan bahwa perhitungan penentuan harga pokok produksi dengan sistem ABC adalah: Beten C 1/1 = Rp. 353.386,69 per bal, Beten C 30/1 = Rp.833.127,58 per bal, Beten C 40/1 = Rp. 865.967,54 per bal, dan Beten R 30/1 = Rp.935.970,09 per bal. Sedangkan harga pokok produksi benang tenun yang dihitung oleh PT. Industri Sandang I1 Patal Lawang dengan menggunakan metode berbasis volume adalah : Beten C 1/1 = Rp. 113.154,63 per bal, Beten C 30/1 = Rp. 839.850,OO per bal, Beten C 40/1 = Rp.908.190,OO per bal, dan Beten R 30/1 = Rp. 952.340,33 per bal. Perbedaan harga pokok produksi yang disebabkan oleh pendekatan perhitungan yang berbeda seperti di atas, menimbulkan perbedaan kemampuan masing-masing benang tenun untuk meraih gross profit margin. Urutan masing-masing benang tenun meraih gross profit margin menurut sistem ABC adalah: beten C 40/1 = Rp. 142.765,68 per bal; beten C 30/1 = Rp. 58.506,48 per bal; beten R 30/1 = Rp. 31.786,54 per bal dan beten C 1/1 = Rp. 14.114,21 per bal. Jika menggunakan metode harga pokok produksi yang berbasis volume, setiap jenis benang tenun mampu memperoleh gross profit margin dengan urutan prestasinya adalah: Beten C 1/1 = Rp.254.346,20 per bal, beten C 40/1 = Rp. 100.542,80 per bal, beten C 30/1 = Rp. 51.783,66 per bal dan Beten R 30/1 = Rp. 15.416,29 per bal. Perbedaan prestasi dalam meraih gross profit margin setiap jenis benang tenun di atas disebabkan oleh prosedur penetapan harga pokok produksi yang berbeda antara metode konvensional dan metode ABC. Berdasarkan metode konvensional yang diterapkan oleh pihak perusahaan, pusat biaya produksi selain memperoleh beban biaya dari aktivitas produksi, juga harus memikul beban biaya dari aktivitas usaha. Selanjutnya pembebanan biaya produksi ke masing-masing jenis benang tenun hanya menggunakan satu kelompok tarif yang bertingkat unit. Sedangkan menurut Sistem ABC, pusat biaya produksi hanya memikul beban biaya yang benar-benar tergolong elemen biaya produksi dan pembebanan biaya produksi ke produk tidak hanya menggunakan tarif yang bertingkat unit melainkan juga tarif yang bertingkat non unit. Perbedaan prosedur penetapan beban biaya produksi ke aktivitas produksi seperti diuraikan di atas mengakibatkan besarnya tingkat tarif biaya tidak langsung juga berbeda, dan untuk seterusnya mengalir ke perbedaan besarnya harga pokok produksi, dan tingkat kemampuan meraih gross profit margin bagi setiap jenis produk. Apabila informasi akuntansi manajemen yang digunakan untuk pengambilan keputusan berasal dari informasi yang kurang akurat, maka keputusan yang diambil akan kurang tepat. Misalnya, pimpinan memutuskan untuk tidak mengembangkan Beten R 30/1 karena dianggap marjin keuntungannya rendah, padahal prospek pasar jenis benang tenun tersebut cukup cerah. Jika peluang pasar beten R 30/1 terbuka, maka pihak perusahaan dapat meningkatkan efisiensi aktivitas yang bernilai tambah seperti pemakaian bahan langsung, jam kerja langsung, pemakaian listrik dan air condition serta dapat mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah seperti, maintanance dan pengendalian mutu. Dengan cara meningkatkan efisiensi biaya produksi, maka profit margin Beten R 30/1 dapat ditingkatkan. Agar pimpinan perusahaan dapat memperoleh informasi akuntansi biaya yang akurat, maka pendekatan penentuan harga pokok produksi yang selama ini menggunakan pendekatan berbasis volume, perlu di pertimbangkan adanya perubahan pendekatan ke pengelolaan aktivitas. Dengan pendekatan ini, fokus perhatian tidak ditujukan ke pusat biaya produksi, melainkan ke aktivitas yang dibutuhkan oleh setiap jenis benang tenun sebagai pemacu munculnya biaya produksi. Pendekatan baru ini akan dapat memberikan informasi yang akurat bukan saja informasi mengenai harga pokok produksi melainkan juga informasi aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Tekstil, TPT, sistem ABC, activity-based costing.
Subjects: Manajemen Produksi dan Operasi
Depositing User: SB-IPB Library
Date Deposited: 14 Mar 2020 03:13
Last Modified: 14 Mar 2020 03:13
URI: http://repository.sb.ipb.ac.id/id/eprint/3620

Actions (login required)

View Item View Item