Penggunaan model EOQ dalam pengelolaan bahan baku kulit reptil yang dipengaruhi oleh biaya simpan dan biaya pesan (studi kasus pt ekanindya karsa serang jawa barat)

Asnawi, Husin (1997) Penggunaan model EOQ dalam pengelolaan bahan baku kulit reptil yang dipengaruhi oleh biaya simpan dan biaya pesan (studi kasus pt ekanindya karsa serang jawa barat). Masters thesis, Institut Pertanian Bogor.

Preview	PDF 1-01-Asnawi-cover.pdf Download (1MB)
Preview	PDF 1-02-Asnawi-Ringkasaneksekutif.pdf Download (714kB)
Preview	PDF 1-03-Asnawi-daftarIsi.pdf Download (966kB)
Preview	PDF 1-04-Asnawi-pendahuluan.pdf Download (1MB)

Abstract

Reptil sebagai komoditi bisnis sudah cukup lama dikenal di Indonesia. Reptil terulama buaya, biawak dan ular diperdagangkan sebagai bahan baku industri kerajinan kulit, hewan peliharaan, bahan makanan, dan obat-obalan. Semenjak dikeluarkannya kebijaksanaan pemerintah untuk mengawasi dan mengatur perburuan hewan reptil maka dianjurkan pelani penangkar buaya untuk menangkar buaya hidup dan biawak bahkan ada penangkar ular, sehingga kehadiran industri penyamakan kulit reptil dapat tetap beroperasi tanpa mengganggu populasi hewan reptil di alam bebas. PT.Ekanindya Karsa adalah perusahaan yang bergerak dalam industry penyamakan kulit reptil dan kerajinan kulit. Bentuk barang yang diekspor adalah kulit samakan dan barang jadi berupa tas, tas tangan, ikat pinggang, tempat koin dan sebagainya. Hampir 80 % produknya dipasarkan ke luar negeri yaitu ke Jepang, selebihnya diekspor ke negara lainnya. Semakin ketatnya pengawasan tentang penagkapan hewan reptile membuat PT.Ekanindya Karsa harus merubah strategi dari pengekspor kulit samak menjadi perusahaan pengekspor barang jadi. Adapun misi dari pada pimpinan perusahaan adalah ingin membuat Indonesia menjadi negara satu-satunya di kawasan Asia sebagai tempat berbelanja barang jadi kulit reptil bagi Wisatawan manca negara di seluruh dunia dengan merek dagang RAFLO yaitu (Rahmat dan Flora) sebagai pendiri dan pimpinan PT.Ekanindya Karsa. Dalam operasi maka perusahaan berusaha maksimal untuk menekan biaya serendah mungkin dan berjalan secara efisien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen biaya bahan baku adalah termasuk biaya terbesar. Oleh karena itu pengadaan bahan baku harus dibeli serta kapan waktu pembeliannya. Metode yang dipakai adalah metode EOQ. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa biaya persediaan yang timbul dari proses penyediaan bahan baku kulit mentah terdiri dari biaya adminislrasi, ekspedisi, biaya komunikasi, biaya bongkar, sedangklan biaya simpan meliputi biaya gudang, . biaya bahan kimia pengawet, biaya pemeliharan bahan baku, biaya susut, biaya kerusakkan bahan baku, biaya pengawasan dan lain sebagainya. Penghitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa manajemen persediaan bahan baku kulit mentah PT.Ekanindya Karsa masih belum optimal. Perhitungan EOQ menunjukkan penghematan sebanyak 91,8 % dari kebijaksanaan perusahaan yang selama ini dilakukan. Frekuensi pemesanan sebanyak 90 kali dalam satu tahun untuk kulit biawak ternyala terlalu sering kalau dibandingkan dengan pemesanan dengan melode EOQ yang besarnya hanya 14,8 kali . begitu juga pemesanan yang dilakukan oleh PT. Ekanindya Karsa sebanyak 36 kali untuk kulit ular dan kulit buaya ternyata merupakan pemborosan sehingga pemesanan perlu dikurangi untuk memperkecil biaya pesan. Berdasarkan metode EOQ sebaiknya perusahaan memesan 14 kali dalam selahun dan 1,7 kali untuk kulit ular serta 6 kali untuk kulit buaya. Beberapa hal yang layak untuk dipertimbangkan sebagai usaha lain untuk meningkatkan efisiensi perusahaan yaitu meningkalkan keamanan fasililas penyimpanan, serta diversifikasi pengolahan bahan baku kulit sapi, kulit kambing, kulit kerbau dan sebagainya.

Actions (login required)

View Item