Perencanaan produksi pakan ternak pada koperasi produksi susu dan peternakan sapi perah bogor

Mimin, Aminah (1995) Perencanaan produksi pakan ternak pada koperasi produksi susu dan peternakan sapi perah bogor. Masters thesis, Institut Pertanian Bogor.

Preview	PDF R3-01-Mimin-cover.pdf Download (1MB)
Preview	PDF R3-02-Mimin-ringkasanEksekutif.pdf Download (725kB)
Preview	PDF R3-03-Mimin-daftarIsi.pdf Download (793kB)
Preview	PDF R3-Mimin-pendahuluan.pdf Download (1MB)

Abstract

Usaha produksi pakan ternak dewasa ini memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan, demikian pula dengan usaha pakan ternak koperasi susu .dan Peternakan Sapi Perah (KPS) Bogor. Inti usaha ini memproduksi pakan jenis A, B, dan minvit) dengan bahan baku utama pollard yang diperoleh dengan harga jatah yang lebih rendah dibandingkan harga pasar. Keterbatasan jatah pollard ini menjadi kendala perluasan pasar ke non anggota, sehingga pengurus merencanakan untuk memenuhinya dengan cara membeli pollard dengan harga umum. Selain itu, pengurus ditahun 1995 merencanakan untuk tidak memproduksi jenis 8 agar semua permintaan anggota dan non anggota untuk pakan ternak terpenuhi. Selain itu, harga pakan jenis B memang relatiflebih mahal. Mengacu pada rencana diatas, geladikarya yang dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi kemungkinan KPS membeli pollard dengan harga umum serta membuat perencanaan produksi yang didasarkan atas prediksi permintaan pakan anggota dan pencapaian sasaran keuntungan, penggunaan tenaga kerja serta mesin Mixer dan Hammer Mill. Pendekatan pemecahan yang dilakukan pertama, mengumpulkan data biaya dan membagikannya menjadi biaya variabel, biaya tetap dan semi variabel selama 6 bulan. Biaya semi variabel dialokasikan menjadi biaya variabel dan biaya tetap me1alui regresi dengan model logaritma. Kedua, mengolah data untuk keperluan evaluasi dengan merumuskan model maksimisasi keuntungan. Ketiga, membuat peramalan permintaan anggota untuk KPS dengan menggunakan metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dua parameter dari Holt untuk KPS A dan menggunakan metode Pemulusan Eksponensial Tripel dari Winter untuk KPS B. Keempat, membuat model linier dengan tujuan maksimisasi keuntungan yang dihadapkan pada kendala permintaan anggota hasil peramalan (sebagai alternatif I). Kelima, membuat model tujuan ganda tanpa produksi jenis B (alternatif 2) dan tetap memproduksi jenis A dan B (alternatif3). Keenam, memperbandingkan setiap alternatifbaik secara statistik (uji Mann - Whitney) maupun secara ekonomi untuk dapat memilih alternatif terbaik bagi perusahaan. Hasil analisis terhadap fungsi biaya menunjukkan bahwa produksi jenis A relatif responsif terhadap pertambahan• biaya dibandingkan minvit dan jenis B. Secara keseluruhan apabila ketiga jenis produk ini meningkat I % maka biaya semi variable meningkat 38,5 %. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap proses produksi yang telah berjalan, proses produksi KPS di tahun 1994 belum optimal. Apabila KPS menerapkan pola optimal, keuntungan akan meningkat sebesar 28,7 %. Sedangkan modal lancar tidak digunakan seluruhnya. Modal lancar yang digunakan turun sebesar 5,13 %. Adanya kenyataan ini memberi indikasi bahwa kekurangan dana yang dialami diakibatkan karena modal tidak tersedia tepat waktu. Selain itu modal digunakan untuk membeli salah satu bahan baku secara berlebih. Dalam kondisi ini KPS Bogor tidak menguntungkan membeli pollard dengan harga umum. Jika KPS menambah ketersediaan pollard dengan harga umum, maka keuntungan justru berkurang sebesar Rp 64,64 untuk setiap tambahan pollard. Selain ketersediaan pollard, ketersediaan tepung ikan, tenaga kerja dan pemenuhan permintaan anggota merupakan pembatas pencapaian kondisi optimal. Apabila KPS mengurangi pemenuhan permintaan anggota sebanyak satu satuan justru akan meningkatkan keuntungan sebesar 11,90 untuk KPS A dan Rp 12,50 untuk KPS B. Berdasarkan hal ini terlihat bahwa pemenuhan kebutuhan anggota secara ekonomis berpeluang untuk tergeser oleh pemenuhan kebutuhan non anggota. Dalam jangka panjang pengurangan pemenuhan kebutuhan anggota akan menurunkan produktivitas sapi perahnya, dengan demikian secara keseluruhan unit hal ini akan menimbulkan kerugian bagi KPS. Hasil prediksi kebutuhan permintaan anggota di tahun 1995 untuk jenis A dan B masing-masing sebesar 6.090.8 ton dan 175,28 ton. Hasil uji statistik terhadap ketiga alternatif, menunjukkan bahwa alternatif I memiliki nilai-nilai deviasi yang lebih kecil dibandingkan alternatif 2 dan 3 (nyata pada a. = 0, I). Selain itu renfabililas modal sendiri akibat menambah modal pinjaman alternatif 1 jauh lebih besar dibandingkan alternatiflainnya. Dengan demikian berdasarkan hasil perbandingan antar alternatif, maka alternatif perencanaan produksi dengan tujuan maksimisasi keuntungan (alternatif 1) lebih baik dibandingkan alternatiflain. Pada perencanaan ini, keuntungan yang diperoleh mencapai Rp 274.186700. Jika KPS akan mengimplementasikan alternatif ini, maka harus tersedia pollard (4.050 ton), bungkil kopra (682,34 ton), bungkil coklat (705,61 ton), bungkil kapuk (110,41 ton), bungkil karet (7,22 ton), jagung (165,23 ton), padi (115,95 ton), tepung ikan 109,97 ton), mesin Hammer (I 71,52 jam), mesin Mixer (6104,96 jam), tenaga kerja (20.201 jam), modal sendiri (Rp 1.014.300.000), modal pinjaman (Rp 90.000.000). Mengingat beberapa bahan seperti pollard dan tepung ikan dalam evaluasi merupakan pembatas pencapaian optimal, maka perlu dipikirkan pengadaaan bahan baku tersebut agar sesuai jumlah dan waktunya. Selain itu, ketersediaan tenaga kerja yang terbatas dan dipenuhi dari lembur dalam jangka panjang akan merugikan perusahaan. Selain biaya variabel rata-rata akan meningkat karena peningkatan upah dari kondisi normal, juga produktivitas pekerja akan menurun karena kelelahan. Untuk mengatasi hal ini disarankan agar KPS menambah tenaga kerja di unit ini.

Actions (login required)

View Item