Rahmawaty, Mira (2001) Strategi Pengembangan dan Perencanaan Laba Dengan Pendekatan Analisis Biaya Volume Laba Pada Wisata Agro Gunung - Mas. Masters thesis, Institut Pertanian Bogor.
![]()
|
PDF
r18_01-MiraRahmawaty-cover.pdf Download (312kB) |
|
![]()
|
PDF
r18_02-MiraRahmawaty-ringkasaneksekutif.pdf Download (418kB) |
|
![]()
|
PDF
r18_03-MiraRahmawaty-daftarisi.pdf Download (277kB) |
|
![]()
|
PDF
r18_04-MiraRahmawaty-pendahuluan.pdf Download (364kB) |
Abstract
Teh merupakan salah satu komoditas potensial yang dimiliki Indonesia dan umumnya dibudidayakan di daerah-daerah pegunungan beriklim sejuk yang merupakan pemandangan indah dan menyegarkan sehingga memiliki potensi untuk dijadikan lokasi agrowisata. Salah satu areal perkebunan teh yang telah dikembangkan menjadi obyek agrowisata yang cukup terkenal adalah perkebunan Gunung Mas yang merupakan bagian dari PTP Nusantara VIII. Hal ini didukung oleh kecenderungan meningkatnya jumlah pengunjung dari 263.371 orang pada tahun 1999 menjadi 330.004 orang pada tahun 2000. Namun sektor agrowisata ini masih belum menjadi usaha inti karena dalam laporan manajemen bulanan umum, pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan agrowisata dimasukkan dalam kiasifikasi pendapatan dan biaya lain-lain. Pemisahan antara biaya variabel dan biaya tetap dalam perhitungan biaya belum dilakukan. Pemisahan ini sangat penting untuk dapat melakukan analisis biaya volume dan laba sehingga manajemen akan mampu mengetahui nilai tiik impas (break even point) yang selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan perencanaan laba. Perencanaan laba dapat memudahkan manajemen untuk menganalisis hubungan antara biaya-biaya yang dikeluarkan, volume output, serta laba secara jelas. Selain itu menarik pula -untuk dikaji strategi pengembangan divisi agrowisata Gunung Mas di masa yang akan datang. Masalah yang akan dianalisis dalam peneliiian ini mencakup beberapa hal, antara !ein menyangkut perilaklu biaya (biaya tetap atau variabel), belum adanya penetapan nilai impas (break even point) untuk beberapa sumber pendapstan Wisata Agro Gunung Mas seperti kegiatan teawalk dan penginapan, baik dalam unit output maupun dalam rupiah. Selain lu pertnasalahan juga menyangkut perencanaan laba serta strategi pengembangan Wisata Agro Gunung Mas di masa yang akan datang berdasarkan kondisi internal dan eksternal. Tujuan penelitian ini antara lain untuk melakukan estimasi fungsi biaya yang dapat memisahkan biaya tetap dan biaya variabel dan menentukan nilai impas pada kegiatan teawalk dan akomodasi penginapan baik dalam jumlah unit maupun dalam rupiah. Peneliiian ini juga bertujuan untuk membuat contoh perencanaan laba untuk kedua sumber pendapatan tersebut dan mencari beberapa alternatif strategi pengembangan Wisata Agro di masa depan berdasarkan kondisi internal dan eksternalnya. Metode peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah studi kasus yang dilaksanakan pada Wisata Agro Gunung Mas (lingkup PTP Nusantara VIII). Data yang digunakan adalah data laporan keuangan yang mencakup pendapatan dan biaya bulanan selama kurun waktu 1999-2000 serta data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen. Untuk menganalisis data, digunakan metode regresi untuk melakukan estimasi fungsi biaya, serta metode analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis) untuk menentukan nilai impas baik dalam unit maupun rupiah dan melakukan perencanaan laba. Sedangkan untuk menentukan beberapa aiternatif strategi pengembangan Wisata Agro, dilakukan analisis SWOT yang didasarkan pada kondisi internal dan eksternal yang diperoleh dari hasil wawancara pada pihak manajemen yang menguasai permasalahan yang terjadi pada Wisata Agro Gunung Mas. Selain itu, untuk melakukan peramalan pendapatan maupun jumlah pengunjung untuk masa 2-3 tahun ke depan digunakan metode dekomposisi. Penggolongan biaya berdasarkan perilakunya dapat dilakukan dengan cara memisahkan secara manual biaya tetap (misalnya biaya penyusutan, pemeliharaan serta upahlgaji) berdasarkan data biaya minimal yang dikeluarkan setiap bulannya. selebihnya dilakukan uji dengan persamaan regresi untuk kegiatan teawalk dan akomodasi penginapan. Pengujian ini menghasilkan suatu model yang masih belum sempurna, nilai konstanta yang diperoleh umumnya tidak signifikan, sehingga biaya tersebut diasumsikan sebagai biaya variabel. Namun demikian, variabel yang dijadikan sebagai pemicu biaya (variabel bebas), yang merupakan nilai output dari setiap kegiatan, merupakan variabel yang signifikan dengan tingkat kepercayaan rata-rata di atas 90%, atau dengan kata lain variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap fungsi biaya yang diestimasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis biaya volume laba (cost volume profit), maka diperoleh jumlah pengunjung untuk kegiatan teawalk setiap bulannya harus berjumlah minimal 39.539 orang atau 474.468 orang dalam setahun, sedangkan pendapatan minimal yang harus diperoleh dalam sebulan sebanyak Rp 55.155.473,OO atau Rp 661.865.676,OO setahun. Untuk Wisma Affandi, hasil perhitungan tiik impas yang dipemleh masih belum sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Hal ini disebabkan fasiliias tersebut masih banyak digunakan untuk keperluan tamu dan relasi PTPN VIII, sehingga pendapatan yang diperoleh jumlahnya tidak banyak dan bahkan masih belum mencapai impas. Untuk itu perlu dilakukan perubahan dalam proporsi tingkat hunian dengan lebih meningkatkan proporsi hunian pada hari-hari biasa. Untuk bungalow, hasil impas akan dicapsi apabila il?ampu memperoleh pendapatan minimai sebesar Rp 7.090.827,OO setiap bulatinya atau sebesar Rp 85.089.924,OO dalam setahun. Sedangkan untuk pondokan. hasil impas akan dicapai apabila mampu memperoleh pendapatan minimal setiap bulannya sebesar Rp 16.370.967,OO atau sebesar Rp 196.451.604,OO dalam setahun. Berdasarkan hasil perhitungan margin of safety (MS), maka tingkat keamanan usaha untuk bungalow telah mencapai angka yang cukup baik dengan rata-rata nilai MS tahun 1999 dan 2000 sebesar 40,49 dan 55,08%. Nilai rata-rata MS untuk pondokan pada tahun 1999 masih menunjukkan angka negatif, yaitu -15,73%, namun pada tahun 2000 nilai rata-rata MS meningkat drastis menjadi 50,66%. Ini menunjukkan bahwa tingkat keamanan usaha untuk pondokan telah mencapai angka yang sangat tinggi. Namun untuk pendapatan kegiatan teawalk dan Wisma Affandi, rata-rata nilai MS selama tahun 1999 dan 2000 masih menunjukkan nilai negatif, yaitu sebesar -76,92 dan -43,66% untuk teawalk dan -85,69 dan -34,58% untuk Wisma. Ini disebabkan pendapatan yang diperoleh masih belum mampu mencapai nilai impasnya. Analisis SWOT dilakukan dengan memadukan unsur kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kekuatan Wisata Agro Gunung Mas terletak pada lokasi yang strategis, obyek wisata yang bersifat alami, spesifik dan ilmiah, nama sudah dikenal, telah memiliki izin usaha agrowisata, fasilias cukup lengkap, infrastruktur telah memiliki hak otonomi, memiliki baik, laporan keuangan sendiri, telah memiliki target pendapatan dan biaya serta memiliki sumberdaya manusia yang telah berpengalaman di bidang perkebunan. Kelemahannya antara lain sistem akuntansi yang masih sederhana, pencatatan pendapatan dan biaya masih kurang rinci, belum adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel, belum menjadi prioiias usaha pada PTPN Vlll, pengelolaan yang masih kurang profesional, kualias sumberdaya manusia masih terbatas khususnya dalam bidang kepariwisataan dan keuangan dan masih kurangnya usaha promosi. Peluang terletak pada dukungan kebijakan pemerintah, kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi, kecenderungan konsumen menyukai obyek wisata yang alami, kecenderungan konsumen sebagai repeater, kerjasama dengan pihak lain untuk pengembangan kualitas sumberdaya manusia dan dalam melakukan promosi serta adanya dukungan pendanaan dari direksi. Ancaman terhadap agrowisata ini terutama terletak pada ssituasi keamanan yang rawan (misalnya akibat poliik), terjadinya krisis ekonomi sehingga mempengaruhi pendapatan, terjadinya inflasi yang mengakibatkan kenaikan biaya, serta kemungkinan terulangnya peristiwa penjarahan tanaman oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Aternatif strategi yang diajukan antara lain strategi S-0 yaitu promosi intensif dengan menonjolkan keunggulan yang dimiliki (lokasi strategis) untuk meningkatkan jumlah konsumen maupun mendapatkan dukungan pendanaan dari pihak Direksi dan serta pengembangan kualitas sumberdaya manusia; strateai W-0 denaan melakukan pembenahan sistem akuntansi, peningkatan profesionalisme dalam pengelolaan dan pemberdayaan sumberdaya manusia khususnva di bidana kepariwisataan; strategi S-T dengan melakukan aliansi atau kerjasama dengan masyarakat setempat dan strategi W-T dengan melakukan efektivitas alokasi dana dan penghematan biaya. Apabila Wisata Agro Gunung Mas ingin mendapatkan laba sebesar 20% dari total pendapatan, maka dengan asumsi faktor lainnya (biaya dan proporsi pengunjung) tetap, untuk kegiatan teawalk, jumlah pengunjung yang datang setiap bulannya minimal sebanyak 103.007 orang, atau 1.236.084 orang dalam setahun. Jumlah tersehut jauh melebihi engka peramalar? jumlah pengunjung, namun apabila dilakukan promosi mungkin saja jumlah penyunjung masih akan dapat bertambah. Tetapi jika terjadi peningkatan biaya-biaya, misalnya sebesar lo%, sedangkan perusahaan tetap menginginkan laba sebesar 20%, maka jumlah pengunjung yang harus ditargetkan setiap bulannya akan meningkat menjadi sebanyak 375.918 orang atau sebanyak 4.511.016 orang dalam setahun. Jumlah ini sangat jauh melampaui hasil peramalan jumlah pengunjung dan suli untuk dicapai. Oleh karena itu, selain melakukan penghematan dan meningkatkan efektivitas alokasi biaya, perusahaan dapat melakukan alternatif dengan menaikkan harga tatif masuk pengunjung, yaitu untuk pengunjung pabrik dan pengunjung dewasa menjadi Rp 2.000,00 per orang, serta untuk anak-anak menjadi Rp 1.500,00 per orang. Apabila dilakukan maka untuk mencapai laba sebesar 20% dari total pendapatan, jumlah pengunjung yang haws diiargetkan setiap bulannya adalah sebanyak 24.940 orang atau sebanyak 299.280 orang setahun. Apabila dilihat dari jumlah pengunjung selama kurun waktu 1996-2000, jumlah tersebut sangat memungkinkan untuk dicapai. Untuk Wisma Affandi, perencanaan laba sulit untuk dilakukan mengingat sampai saat ini pendapatannya masih belum mampu mencapai impas. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah mengubah proporsi tingkat hunian Wisma agar lebih banyak pada hari-hari biasa. Untuk bungalow, apabila perusahaan ingin mendapatkan laba sebesar 20% dari total pendapatan dengan asumsi faktor lainnya tetap (biaya dan proporsi tingkat hunian), maka pendapatan bulanan minimal yang harus diperoleh adalah sebesar Rp 12.252.121,OO atau sebesar Rp 147.025.452,OO dalam setahun dengan tingkat hunian rata-rata 24 hari setiap bulannya (jika diasumsikan jumlah hari libur dalam sebulan adalah 9 hari, maka kapasitas hail libur maksimal untuk bungalow adalah 27 hari). Namun apabila terjadi kenaikan biaya sebesar 10% dan perusahaan masih tetap menginginkan laba sebesar 20%, maka ha1 ini sulit dilakukan karena hasil perhitungan tingkat hunian melebihi kapasitas yang tersedia. Agar tetap memperoleh laba sebesar itu, perusahaan dapat menaikkan tarif sewa setiap bungalow sebesar Rp 50.000,OO sehingga hasil perhitungan untuk tingkat hunian minimal dapat sesuai dengan kapasitas yang tersedia, yaitu rata-rata 25 hari setiap bulan dengan jumlah pendapatan minimal sebesar Rp 13.735.091,OO atau sebesar Rp 164.821.092,OO per tahun. Untuk pondokan, masih memungkinkan untuk dapat meningkatkan tingkat hunian sesuai dengan kapasitas yang tersedia (asumsi terdapat 9 hari libur dalam sebulan, dengan jumlah 20 pondokan, maka daya tampung pondokan untuk hari libur setiap bulannya adalah sebesar 180 hari). Apabila perusahaan ingin mendapatkan laba sebesar 20% dari total pendapatan, dengan asumsi faktor lainnya tetap (biaya dan proporsi tingkat hunian), maka tingkat hunian minimal setiap bulan adalah sebanyak 97 hari dengan jumlah pendapatan minimal sebanyak Rp 25.687.765,OO per bulan atau sebesar Rp 308.253.180,OO dalam setahun. Apabila perusahaan menginginkan laba 30%, maka tingkat hunian minimal per bulan sebanyak 121 hari dengan jumlah pendapatan minimal sebesar Rp 32.342.620,OO atau sebesar Rp 388.1 11.440,OO dalam setahun. Namun apabila terjadi kenaikan biaya, misalnya sebesar lo%, apabila perusahan tetap menginginkan laba sebesar 20%, maka tingkat hunian minimal setiap bulan adalah 120 hari atau dengan jumlah pendapatan minimal per bulan sebesar Rp 34.109.941,OO atau Rp 409.319.292,OO dalam setahun. Jika laba yang diinginkan sebesar 30%, Kapasitas pondok2 maoi!? dapz? mencukupl. yaitu dengan tingkat hunian sebanyak 154 hari dengan pendapatan minimal sebesar Rp 43.729.204,OO per bulan atau sebesar Rp 524.750.448,OO setahun. Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh pihak Wisata Agro Gunung Mas antara lain : (1) perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan terhadap sistem akuntansinya yang meliputi pencatatan data secara lebih rinci terhadap biaya-biaya yang . - dikeiuarkan, pendapatan, serta data tingkat hunian untuk akomodasi penginapan. Untuk pendapatan, sebaiknya data pendapatan teawalk dipisahkan -. dengan pendapatai sewa lapangan wahupun keduanya berasal dari .kegiatan yang sama (sewa lapangan akibat pengunjung dalam jumlah tertentu, misalnya dari satu perusahaan yang melakukan teawalk secara rombongan), (2) perusahaan dapat menaikkan tarif masuk lokasi agrowisata atau melakukan promosi dengan konsekuensi adanya tambahan biaya yang masih harus dikaji ulang dan sikap manajemen yang lebih profesional, (3) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai biaya, yaitu mengenai penerapan activify based costing pada berbagai macam biaya untuk menemukan pemicu biaya yang paling tepat sehingga penentuan perilaku biaya yang selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan analisis biaya volume laba yang bermanfaat untuk membuat perencanaan laba dapat secara lebih teliti.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | agrowisata, Wisata Agro Gunung Mas, manajemen keuangan, studi kasus, klasifikasi biaya, analisis biaya volume laba,analisis SWOT, perencanaan laba, teawalk, penginapan |
Subjects: | Manajemen Strategi |
Divisions: | Sekolah Bisnis > Perpustakaan |
Depositing User: | Staff-1 Perpustakaan |
Date Deposited: | 04 Jan 2012 13:36 |
Last Modified: | 04 Jan 2012 13:36 |
URI: | http://repository.sb.ipb.ac.id/id/eprint/901 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |